Minggu, 27 Desember 2015

resume buku IBJ

Nama: Qisthi Nur Hidayah
Kelas: TM 5B
NIM: 133311005
Tugas: Resume Buku  Islam Nusantara ( Dialog Tradisi dan Agama Faktual )
Mata Kuliah : Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu: M. Rikza Camami, M.Si.
Di dalam buku Islam Nusantara yang ditulis oleh bapak M.Rikza Chamami, M.Si menjelaskan banyak pandangan mengenai islam dan budaya-budaya yang ada di dalamnya. Secara etimologis bahwa Islam Nusantara berasal dari dua kata, yaitu Islam dan Nusantara. Islam berarti agama yang diajarkan oleh Nabi dengan sumber Al-Quran dan hadits yang berkembang ke seluruh pelosok dunia. Sedangkan Nusantara adalah sebutan pulau-pulau di Indonesia sebelum tahun 1928 saat nama Indonesia mulai berlaku sejak sumpah pemuda.
Sedangkan secara terminologis, Islam Nusantara adalah gerakan Islam Indonesia yang berdasar pada pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dengan berbagai macam karakter tradisi, budaya dan pemahaman keagamaan.
Islam Nusantara murni sebagai gerakan dan pemikiran yang merespon kendurnya Islam Indonesia dengan segala inisiasi untuk membendung arabisasi yang mengancam nasionalisme. Sebab inti gerakan Islam Nusantara ada empat hal, yaitu pertama, mendudukan identitas bahwa Islam adalah sebuah keyakinan suci yang bisa diterima hingga Indonesia. Kedua, Islam yang sampai ke Indonesia melewati sejarah panjang penuh dengan lika-liku termasuk mengenal akulturasi budaya. Ketiga, nilai kearifan lokal Islam Nusantara tidak tercerabut dari substansi syariat Islam. Adanya perilaku keagamaan yang unik dan berproses dengan sejarah masa lalu itu yang disebut sebagai Islam terusan. Dan yang  keempat, Islam yang dipeluk sebagai agama juga menjadi tuntutan hidup dalam berbangsa dan bernegara. Sehingga dengan demikian Islam Nusantara bukan sebagai gerakan desakralisasi agama. Justru menjadi jawaban bahwa Islam itu mampu menjawab segala problem keumatan.
Islam Nusantara bukan ideologi baru, bukan pula “agama” baru dan bukan reinkarnasi jaringan Islam Liberal (JIL). Dan istilah Nusantara sendiri mulai diiris menjadi simplifikasi sebagai istilah murni budaya yang terpisah dari agama, hingga muncul tudingan bid’ah.
Untuk lebih meyakinkan arti jati diri Islam Nusantara, perlu dipahami dari empat sisi yang harus utuh dipegang dan tidak boleh dipisah-pisahkan. Pertama, Indonesia memiliki sejarah panjang yang lekat dengan perjuangna tokoh-tokoh Nusantara. Kedua, Islam Nusantara menjadi karakteristik kehidupan agama Islam di Indonesia yang meneguhkan tradisi budaya yang tidak terpisah dari substansi agama. Ketiga, Islam Nusantara adalah identitas Islam damai dan moderat. Dan keempat, Islam Nusantara sebagai ilmu pengetahuan.
Dalam kajian Islamic Studies (dirasah slamiyah) selalu dibahas Islam normatif dan Islam historis. Perbedaan pandangan antara dua pendapat itu merupakan aplikasi dari pemahaman dua model kajian Islam itu. Islam normatif memberi jawaban Islam original, sesuai aturan dan sangat syar’i. Sedangkan Islam historis adalah realitas Islam yang melalui perjalanan sejarah, maka lahir istilah Islam Nusantara, Islam Jawa, Islam rahmatan lil ‘alamin dan sebagainya.
Ditahun 2015 ini sangat buming sekali berita mengenai pembacaan ayat suci Al-Quran menggunakan langgam Jawa. Banyak terjadi kontroversi dikalangan ulama, dan oleh sebagian pihak, Menteri Agama RI dituduh melakukan liberalisasi terhadap kitab suci.
Dan yang menjadi masalah akhir-akhir ini adalah ketika sudah disajikan argumentasi fiqh bahwa Al Quran di langgamkan Jawa itu haram dan menyalahi hadits Nabi. Namun dalam merespon hal ini, tidak hanya berbicara sebatas halal hara saja, tapi ada tiga hal pokok yang perlu diluruskan sehingga kesucian Al Quran tetap terjaga bersama.
Pertama, menjaga kesucian Al Quran tetap jadi fokus utama. Al Quran itu suci dan harus dijaga kemurniannya dengan empat cara, yaitu : menjaga keaslian ayatnya tanpa pemalsuan, menjaga pemaknaan tekstual dan kontekstualnya, menjaga tata cara membaca dengan pola tajwid dan menjaga dengan pelestarian pengamalan isi Al Quran.
Kedua, sebagai kitab suci Al qura perlu diajarkan kepada masyarakat dan diamalkan ajaran-ajarannya. Dan ketiga, untuk melanggengkan isi kandungan Al Quran, maka agama Islam mendorong umatnya untuk membacanya.
Dan persoalan yang sedang hangat dibicarakan adalah soal membaca Al Quran dengan gaya langgam Jawa. Ada empat hal yang harus dilihat secara spesifik yaitu pertama, sejarah Islam mencatat bahwa kitab suci ini diturunkan di Makah dan Madinah sehingga disebut Makiyah dan Madaniyah. Kedua, membaca dengan gaya langgam adalah budaya masyarakat. Intinya adalah bacaan langgam jawa adalah untuk membumikan Al Quran dengan pendekaan budaya nusantara. Ketiga, bahwa langgam adalah seni membaca. Dan yang keempat, pentingnya menghormati perbedaan. Adanya perbedaan dalam gaya membaca Al Quran tidak perlu diperpanjang lagi karena ini ranah budaya dan seni baca Al Quran.
Agama dan budaya merupakan dua hal yang tidak mudah dipisahkan. Maraknya ideologi radikal sebuah agama menjadi pemicu konflik sosial dan politik. Padahal agama hadir bukan untuk menciptakan konflik. Agama yang mendatangkan konflik adalah agama yang melenceng dari perintah teologinya.
Hadirnya pengikut agama yang fanatik dan cenderung radikal itu adalah fakta dari agama yang jauh dari budaya. Karena agama radikal adalah cerminan dari egoisme kelompok yang menerapkan prinsip “dirinya yang paling benar”.
Maka dibutuhkanlah semangat baru untuk mencari permasalahan sosial dengan perencanaan sosial yang tepat bagi keberagaman indonesia. Pertama, pemerintah perlu kembali menggalakkan sosialisasi arti agama sebagai pemersatu masyarakat. Kedua, masyarakat secara aktif hadir sebagai pameran agama yang pro budaya. Ketiga, budaya berpancasila perlu dibangun kembali dengan baik. Dan keempat, masyarakat perlu lebih dewasa memaknai hakikat agama dan budaya.
  Dalam kenyataannya, keberadaan pondok pesantren akhir-akhir ini menjadi bahan perbincangan dunia akademik. Dalam meneguhkan visi pesantren sebagai lembaga agama hendaknya ada model politik pesantren kebangsaan yang mengarah pada tiga dimensi. Pertama, dimensi budi pekerti. Kedua, strategi koorporasi. Ketiga, dimensi kesejahteraan umat. Pesantren dengan model politik kebangsaan ini akan mencoba memberikan gagasan politik baru, yaitu politik yang berdaulat dan amanah.
Dalam pola khusus, fiqh politik dapat dilakukan dengan tiga hal inti, yaitu bahasa santun sangat dipengaruhi oleh ragam bahasa individual, bahasa santun bergantung dengan gaya berbicara seseorang, bahasa santun berhubingan erat dengan latar belakang pendidikan seseorang.
Jadi, kesimpulannya adalah bagaimana agar Islam Indonesia hadir kembali sebagai Islam yang penuh dengan harmoni dan kedamaian. Islam perlu dikampanyekan kembali dengan kekhasannya sebagai agama yang sangat konsisten dalam menjamin keselamatan, kedamaian dan kepatuhan teologis dan kultural. Dan Islam harus ditegakkan dan di jaga dengan sebaik mungkin kemurniannya agar tidak melenceng dari ajaran Nabi SAW. Dan Islam Nusantara sendiri itu memilik tujuan sangat mulia yaitu menciptakan agama Islam sesuai visi kenabian dengan mengajak seluruh umat Islam tanpa pilih kasih serta bersatu padu menjaga kedamaian dunia. Sehingga manfaatnya dapat benar-benar dirasakan memberikan kontribusi nyata dalam menjaga inti ajaran Islam, menjaga kerukunan dunia tanpa adanya peperangan. 









Tidak ada komentar:

Posting Komentar