Perilaku konsumen pendidikan
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Manajemen Humas dan Pemasaran Pendidikan
DosenPengampu: Fatkhuroji, M.Pd
DisusunOleh :
Ameenoh Yae-na (123311049)
Qisthi Nurhidayah (133311005)
Mu’minah (133311006)
Nila kafidotur Rofiah (133311007)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I. PENDAHULUAN
Tujuan
pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan
sasaran. Mengenal pelanggan tidak mudah,
para pelanggan mungkin saja menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka
sedemikian rupa, tetapi bertindak sebaliknya. Mereka mungkin tidak memahami
motivasi mereka yang lebih dalam. Mereka mungkin bereaksi terhadap
pengaruh-pengaruh yang mengubah pikiran mereka pada menit-menit terahir.
Meskipun
demikian para pemasar harus mempelajari keinginan, persepsi, dan prilaku pembelian
pelanggan sasaran mereka. Studi-studi seperti ini akan memberikan petuntuk
untuk mengembangkan produk-produk baru, karakteristik atau cirri-ciri produk,
harga, saluran distribusi, pesan, dan unsure-unsur bauran pemasaran lainya.
II. RUMUSAN MASALAH
III. PEMBAHASAN
A.
Faktor
–faktor yang Mempengaruhi Prilaaku Pembeli
Faktor –faktor utama yang Mempengaruhi Prilaaku Pembeli, yaitu:[1]
1.
Faktor
Budaya
Faktor-faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling luasa dan mendalam
terhadap prilaku konsumen.
Kultur (Kebudayaan) adalah determinan paling fundamental dari
keinginan dan prilaku seseorang. Anak memperoleh serangkaian nilai, presepsi
preferensi dan prilaku melalui keluarganya dan institusi-institusi lainya.
Seorang anak yang dibesarkan di Asia dapat nilai-nilai berikut: hubungan
keluarga dan pribadi, kepatuhan, kepercayaan, respek pada oada orang-orang yang
lebih tua, dan kesalehan.
Subkultur, setiap kultur dari sub-subkultur yang lebih kecil yang
memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik bagi para
anggotanya. Subkultur mencankup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah
geografis. Banyak subkultur membentuk segmen pasar yang penting dan para
pemasar kerap kali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan
dengan kebutuhan mereka.
Kelas social, sebenarnya semua masyarakat manusia menunjukan
stratifikasi kadang-kadang berupa sistem kasta seperti dimasyarakat india
tradisional, dimana anggota dari kasta yang berbeda dibesarkan untuk
peranan-peranan tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan mereka.
2.
Faktor
social
Perilaku
konsumen juga di pengaruhi oleh faktor-faktor social seperti kelompok acuan
(kelompok refrensi), keluarga, serta peran, dan status social.
Kelompok acuan,
kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang mempumyai pengaruh
langsung atau pengaruh tidak langsung terhadap sikap atau prilaku seseorang.para
pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok acuan dari pelanggan sasaran mereka.
Orang-orang secara signifikasi dipengaruhi oleh kelompok acuan mereka paling
sedikit melalui tiga cara. Kelompok acuan menghubungkan seorang individu dengan
prilaku dan gaya hidup baru. Mereka juga mempengaruhi sikap dan konsep diri
seseorang karena biasanya dia berhasrat untuk menyesuaikan diri dengan kelompok
tersebut. Dan kelompok acuan menciptakan tekanan untuk keseragaman yang mungkin
memengaruhi pilihan produk dan merek actual seseorang.
Keluarga,
anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Pengaruh
yang lebih langsung terhadap prilaku pembelian sehari-hari adalah keluarga
prokreasi seeorang, yakni pasangan hidup suami/istri dan anak-anaknya keluarga
merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat,
dan telah di teliti secara ekstensif. Para pemasar tertarik dengan peran dan
pengaruh relative dari suami, istri dan anak-anak dalam pembelian dalam
pembelian berbagai macam produk dan jasa. Peran dan pengaruh ini akan sangat
bervariasi di negara-negara dan kelas-kelas. social. Pemasar harus selalu
meneliti pola-pola spesifik dalam pasar sasaran tertentu.
Peran dan
status, seseorang berpartisipasi dalam banyak dalam hidupnya, keluarga, klub,
organisasi. Posisi seseorang tersebut dalam kelompok dapat ditentukan
berdasarkan peran dan status. Setiap
peran membawa setatus. Seseorang ahli bedah mempunyai setatus yang lebih tinggi
dari pada seorang menejer penjualan, dan seorang penjualan memiliki setatus
lebih tinggi daripada seorang pegawai. Orang akan memilih produk yang
mengomunikasikan peran dan setatus mereka dalam masyarakat. Jadi seorang
direktur perusahaan mengendarai sedan Mercedes, memakai jam arloji rolex.
3.
Faktor
pribadi
Kepuasan
seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu usia
pembelian dan tahap siklus hidup, pekerjaan, kondisi ekonomi, gaya hidup, serta
kepribadian dan konsep diri pembeli.
Usia dan tahap
hidup, orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya. Konsumsi
juga dipengaruhi oleh tahap-tahap dalam siklus hidup keluarga. Para pemasar
sering memilih kelompok siklus hidup sebagai pasar sasaran mereka.
Pekerjaan,
pekerjaan juga mempengaruhi pola konsumsinya. Seorang direktur perusahaan akan
membelipakaian mahal, dan sedan besar. Para pemasar berusaha mengidentifikasi
kelompok pekerjeen yang mempunyai minat
lebih dari rata-rata pada produk dan jasa mereka.
Gaya hidup,
orang-orang berasal dari subkultur, kelas social, dan perkerjaan yang sama
mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda-beda. Banyak pemasar menggunakan
konsep yang berhubungan dengan kepribadian kosep diri (atau citra diri)
seseorang.
4.
Faktor
psikologis
Pilihan pembeli
seseorang dipengaruhi pula oleh tempat faktor psikologi utama motivasi, persepsi,
pengetahuan, serta keyakinan dan sikap.
Motivasi,
seseorang memiliki banyak kebutuhan pada setiap waktu tertmoentu. Sebagai
kebutuhan biogenetic, kebutuhan yang
demikian berasal dari keadaan psikologis berkaitan dengan tensi seperti rasa
lapar, haus, tidak senang. Suatu kebutuhan menjadi motif bila telah mencapai
tingkat intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang cukup untuk
mendorong seseorang agar bertindak. Pemuasan kebutuhan tersebut akan mengurangi
rasa keteganganya.
Persepsi,
seseorang yang termotivasi akan siap bertindak. Bagaimana orang termotivasi
tersebut akan benar-benar bertindak dipengaruhi persepsinya mengenai situasi
tertentu.
Keyakinan dan
sikap, melalui bertindak dan belajar,
orang-orang memperoleh keyakinan dan sikap. Kedua faktor ini kemudian
memengaruhi prilaku pembelian mereka. Sikap mendorong orang untuk berprilaku
secara konsisten terhadap objek yang sejenis. Orang tidak harus
menginterpretasi dan bereaksi terhadap setiap objek dengan cara yang sama
sekali baru. Sikap menghemat energy dan fikiran.
Pilihan
pembelian seseorang merupakan hasil dari suatu proses kompleks yang saling
memengaruhi dari faktor-faktor budaya, social, pribadi, dan psikologi. Banyak
diantara faktor ini tidak dapat dipengaruhi oleh pemasar. Namun demikian,
faktor-faktor ini berguna dalam mengidentifikasi para pembeli yang mungkin
memiliki minat paling besar terhadap suatu produk. Faktor-faktor lain mungkin
dapat dipengaruhi pemasar dan member petunjuk pada pemasar mengenai cara
mengembangkan produk, harga, distribusi, dan promosi untuk menarik respon yang
kuat dari konsumen.
B.
Proses
Pengambilan Keputusan Membeli
Ada beberapa tahap dalam pengambilan keputusan membeli yaitu:
1.
Need
Recogmition
2.
Information
Search
3.
Evaluation
of Alternatives
4.
Purchase
Decision
5.
Postpurchase
Behavior
Dalam pengenalan kebutuhan, atau pengenalan masalah maka seseorang
merasakan adanya stimulus untuk membeli sesuatu. Stimulus ini bisa datang dari
dalam (internal), misalnya seseorang merasa lapar atau karena dorongan dari
luar (eksternal) misalnya ingin mentraktir teman, atau karena faktor iklan
makanan tertentu.
Pencarian informasi mengenai mau membeli apa, model bagiamana
dimana, dan sebagainya, maka seseorang mencari informasi yang dapat diperoleh
dari sumber pribadi seperti family, teman, tetangga. Dari sumber public seperti
media masa, Koran, televise, radio. Dan dari pengalaman masa lalu, pernah
menggunakan suatu produk, atau melihat produk tersebut.
Evaluasi alternative, dalam hal ini konsumen sangat berbeda evaluasinya
karena tergantung pada pilihan atribut produk, sesuai atau tidak dengan mereka.
Juga konsumen berbeda tingkat pemenuhan mereka, ada yang sangat sangat
mendesak, ada yang tidak begitu mendesak masih ditunda lain kali. Kemudian
faktor merek juga sangat menentukan alternative, karena ada konsumen yang sudah
fanatic terhadap suatu merek sulit beralih dengan merek yang lain ahirnya
pertimbangan konsumen ialah keputusan total terhadap alternative yang ia ambil,
misalnya terhadap produk TV dinilai gambar, warna, harga. Hotel dinilai lokasi,
kebersihan, kenyamanan, harga dsb.
Keputusan pembeli, ini adalah tahap yang harus diambil setelah
melalui tahapan diatas. Bila konsumen mengambil keputusan maka ia akan
mempunyai serangkaian keputusan menyangkut jenis produk, merek, kualitas,
model, waktu, harga, cara pembayaran. Kadang-kadang dalam pengambilan keputusan
ini ada saja pihak lain yang member pengaruh terahir, yang harus
dipertimbangkan kembali sehingga dapat merubah seketika keputusan semula.
Postpurchase Behavior, ini sangat ditentukan oleh pengalaman
konsumen dalam mengomsumsi produk yang ia beli apakah ia akan puas atau kecewa,
jadi tergantung pada jarak ekspektasi dengan kenyataanya tidak puas maka ia
akan kecewa, jika sesuai dengan apa yang diharapkan dengan yang dialami berarti
puas, dan jika kenyataanya lebih bagus dari yang diharapkan aka ia akan merasa
gembira. Biasanya ekspetasi konsumen makin besar karena mendengar cerita atau
karena mendengar komentar teman-temanya tentang produk itu sangat bagus dan
apabila tidak benar ia akan kecewa, oleh karena itu penjual tidak perlu terlalu
berlebihan menyatakan keunggulan produknya agar jarak antara harapan dan
kenyataan yang dialami konsumen tidak terlalu jauh, sehingga konsumen merasa
puas dan pada ahirnya akan terjalin hubungan yang baik.[2]
Akhirnya secara umum proses pengambilan keputusan membeli ini dapat
dikategorikan kedalam tiga bentuk yaitu:
a.
Proses
pengambilan keputusan yang luas disini akan muncul banyak pertimbangan karena
banyak alternative seperti amasalah merek, mutu, harga, model, kegunaan,
kategori ini biasanya muncul dalam menentukan pembelian barang yang mahal dan
jarang dibeli seperti membeli mobil, barang-barang elektronik keperluan rumah
tangga.
b.
Pengambilan keputusan terbatas dalam hal ini
konsumen telah mengenal masalahnya, kemudian mengevaluasi hanya beberpa
alternative produk, merek, harga.
c.
Proses pengambilan keputusan yang bersifat
rutin kebiasaan, proses ini sangat sederhana, konsumen telah mengenal
masalahnya, dan jelas pula merek yang akan ia beli, dimana membeli, keputusan
cepat bisa diambil.
IV. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami susun.Semoga
dapat memberi manfaat khususnya bagi kami, umumnya bagi teman-teman
semuanya. Kami mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya bisa
membangun bagi kami, baik dalam segi penulisan maupun isi. Kami adalah manusia
biasa yang diceritakan tidak lepas dari
kekuranagan, maka dari itu kurang lebihnya kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
[1] Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, Manajemen Pemasaran,
Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hlm. 113-124
[2] Buchari Alman, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung:
Alfabeta, 2007, hlm. 104-106
DAFTAR PUSTAKA
Alman, Buchari, 2007, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung: Alfabeta.
Assauri , Sofjan, 2013, Strategic
Marketing, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Tantri, Francis, Abdullah, Thamrin 2012, Manajemen Pemasaran, Jakarta:
Rajawali Pers.
http://erwanharmawanto.blogspot.com/2012/12/faktor-yang-mempengaruhi-kepuasan.html/25/11/2014,
13:12 WIB
http://usahamikrokecildanmenengah.blogspot.com/2011/11/perilaku-konsumen-sebagai-sebuah-studi.html/
24/11/2014, 16:12 WIB.
http://www.pendidikanekonomi.com/2013/01/pengertian-dan-model-perilaku-konsumen.html/
24/11/2014, 15:39 WIB.