ORGANISASI KURIKULUM
TUGAS
Mata
Kuliah : Pengembangan Kurikulum
KELOMPOK 5 :
Qisthi
Nur Hidayah (133311005)
Mu’minah
(133311006)
Nila
Khafidotur Rofiah (133311007)
Rizqi
Amalia (133311011)
Alfna
Zulfa
(133311012)
A.
Pengertian
Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum merupakan struktur
program kurikulum yang berupa kerangka umum pendidikan atau pembelajaran yang
hendak disampaikan kepada peserta didik guna tercapainya tujuan pendidikan atau
pembelajaran yang ditetapkan.[1]
B.
Dimensi-dimensi
Organisasi Kurikulum
Organisasi
kurikulum mempunyai dua dimensi pokok, yaitu dimensi isi dan dimensi pengalaman
belajar. Misalnya, organisasi kurikulum yang bersifat logis tentu berbeda
dengan organisasi kurikulum yang bersifat psikologis,. Organisasi kurikulum
yang bersifat logis pada umumnya lebih mengutamakan dimensi isi dan melihat
fakta apa adanya, sedangkan organisasi kurikulum yang bersifat psikologis lebih
mengutamakan dimensi pengalaman belajar dan cenderung kurang memperhatikan
fakta dan isi setiap jenis struktur tertentu atau yang bersifat logis.
Dimensi
isi lebih banyak diterima oleh para pengembang kurikulum dibandingkan dengan
dimensi pengalaman belajar. Padahal dalam organisasi kurikulum bukan hanya
mengandung dimensi isi melainkan juga dimensi pengalaman belajar.
Adapun
unsur-unsur yang terdapat dalam organisasi kurikulum yaitu :
1. Konsep,
merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan antara
variabel-variabel mana kita ingin menentukan adanya hubungan empiris.
2. Generalisasi,
yaitu kesimpulan-kesimpulan yang merupakan kristalisasi dari suatu analisis.
3. Keterampilan,
yaitu kemampuan dalam merencanakan organisasi kurikulum dan digunakan sebagai
dasar untuk menyusun program yang berkesinambungan.
4. Nilai-nilai,
yaitu norma atau kepercayaan yang diagungkan, sesuatu yang bersifat absolut,
untuk mengendalikan perilaku.
C.
Model
Organisasi Kurikulum
Zais
dalam bukunya Curriculum: Principles and
Foundation mengemukakan ada tiga kategori desain kurikulum, yaitu “subject-centered designs, learner-centered
designs, and problem-centered designs”. Dijelskan lebih lanjut bahwa subject-centered design terdiri atas : the subject design, the disciplines design,
and the broad fields design, sedangkan lerner-centered
design meliputi the
activity/experience design, the oprn classroom design, and the humanistic
design. Adapun problem-centered
design mencakup: the areas of living
design, the personal/social concern of youth design, and the core design”.
Berikut
ini akan dijelaskan beberapa model organisasi, yaitu :
1. Subject-centered
Curriculum
Organisasi
kurikulum ini terdiri atas berbagai mata pelajaran yang terpisah-pisah satu
sama lain sehingga mudah diatur dalam pelaksanaannya, karena itu sering disebut
isolated-subject curriculum atau subject-matter curriculum. Misalnya,
mata pelajaran berhitung, aljabar, ilmu ukur, sejarah, ekonomi, geografi, dan
ilmu bumi.[2]
2. Correlated
Curriculum
Yaitu
mengorelasikan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain.
Misalnya, ketika mengajarkan mata pelajaran Ilmu Bumi tentang tanah, mka
dikorelasikan dengan mata pelajaran Sejarah atau Berhitung.
3. Broad
Fild Curriculum
Adalah bentuk
kurikulum yang menghilangkan atau menghapus batas masing-masing mata pelajaran,
kemudian menyatukan atau menggabungkan mata pelajaran yang berhubungan erat
itu.
4. Integrated
Curriculum
Yaitu kurikulum
yang menyajikan bahan pembelajaran secara unit dan keseluruhan tanpa mengadakan
batas-batas antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya.
integrated
curriculum dapat dibedakan dalam beberapa bentuk
antara lain :
a.
The Child Center Curriculum (Kurikulum Berpusat Pada Anak)
b.
The Social Function Curriculum (Kurikulum Fungsi Sosial)
c.
Activity / Experience Curriculum (Aktivitas/Pengalaman Kurikulum)
5.
Core Curriculum
Artinya kurikulum
inti atau pendidikan umum yaitu semua program pendidikan yang penting,
esensial, dan fundamental.[3]
D. Faktor-faktor Dalam Organisasi Curriculum
1.
Ruang Lingkup (Scope)
Ruang lingkup kurikulum menunjukkan keseluruhan, keluasan
atau kedalaman, dan batas-batas bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada
peserta didik.
2.
Urutan (Squence)
Urutan bahan pelajaran menunjukkan keteraturan bahan yang
akan disampaikan kepada peserta didik, kapan bahan tersebut sebaiknya
disampaikan, mana bahan yang harus disampaikan terlebih dahulu, dan mana bahan
yang akan dipelajari kemudian.
3.
Kesinambungan (Continuity)
Kesinambungan menunjukkan adanya peningkatan, pendalaman,
dan perluasan bahan pelajaran sehingga peserta didik diharapkan dapat
mempelajari bahan yang lebih kompleks. Dalam kurikulum spiral faktor
kesinambungan ini sangat diperhatikan. Untuk memantapkan kesinambungan
kurikulum perlu dibentuk tim khusus yang melibatkan para pengembang kurikulum
dari SD sampai dengan perguruan tinggi.
4.
Terpadu (Integrated)
Faktor ini berangkat dari asumsi bahwa bidang-bidang
kehidupan memerlukan pemecahan secara multidisiplin. Artinya, jika guru
menggunakan subject-centered curriculum, maka besar kemungkinan pengetahuan
yang diperoleh peserta didik menjadi terlepas-lepas dan tidak fungsional. Untuk
itu perlu adanya fokus bahan pelajaran yang terpadu, baik berupa konsep,
prinsip, masalah-masalah yang perlu dipecahkan sehingga memungkinkan penggunaan
multidisiplin secara fungsional.
5.
Keseimbangan (Balance)
Yang dimaksudkan di sini adalah kesinambungan isi atau
bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik dan keseimbangan
proses pembelajaran.
6.
Waktu (Times)
Alokasi waktu harus diseimbangkan dalam organisasi
kurikulum. Distribusi waktu dapat ditentukan berdasarkan kriteria, antara lain
tradisi pengalaman, pertimbangan para pengembang kurikulum, nilai atau mannfaat,
tingkat kesulitan setiap mata pelajaran, dan sekedar kompetensi mata pelajaran.
E. Prosedur Mengorganisiskan Kurikulum
Terdapat beberapa cara untuk mengorganisasi kurikulum,
yaitu sebagai brikut :
1.
Reorganisasi Melaui Buku Pelajaran
2.
Reorganisasi Dengan Cara Tambal Sulam
3.
Reorganisasi Melalui Analis Kegiatan
4.
Reorganisasi Melalui Fungsi Sosial
5.
Reorganisasi Melalui Survey Pendapat
6.
Reorganisasi Melalui Analisis Masalah Remaja[4]
[2] Zainal
Arifin, Komponen dan Organisasi Kurikulum, (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA,
2011), hlm. 97-99.
[4] Zainal
Arifin, Komponen dan Organisasi Kurikulum, (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA,
2011),hlm. 104-110.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar