METODE PEMBELAJARAN DI PONDOK
PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Manajemen Pendidikan Diniyah dan Pesantren
Dosen
Pengampu : Dr. H. Fatah Syukur NC, M. Ag
Disusun
Oleh :
Qisthi
Nur Hidayah (133311005)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO
SEMARNG
2014
I.
PENDAHULUAN
Dewasa ini sangat
dibutuhkan metode-metode pembelajaran dalam sebuah pembelajaran baik di sekolah atau madrasah atau pun pesantren. Metode-metode
tersebut sangat diperlukan dalam sebuah pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan sebelumnya yang telah ditentukan. Dengan adanya metode pembelajaran guru
atau pengajar ataupun kyai dapat menjelaskan materi dengan baik dan benar serta
dapat memahamkan para siswa atau santri nya sehingga dapat menghasilkan
generasi penerus bangsa yang berintelektual tinggi, berwawasan luas dan juga
tidak kalah saing dengan negara lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
adanya metode pembelajaran di sekolah atau madrasah ataupun pesantren sangatlah
diperlukan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi-materi kepada para
siswa atau santrinya.
Namun masih
banyak di sekolah atau madrasah ataupun pesantren yang kurang mengoptimalkan
penggunan metode-metode pembelajaran dalam proses belajar-mengajar. Sehingga
banyak siswa atau santri yang kurang faham dengan materi, ada juga yang merasa
bosan dengan materi yang diajarkan. Maka dari itu sangat dibutuhkan penggunaan
metode pembelajaran yang efektif dan efisien serta sesuai dengan materi yang
ada sehingga kegiatan belajar-mengajar dapat berjalan dengan lancar dan dapat
menghasilkan prestasi yang memuaskan.
I.
RUMUSAN
MASALAH
A. Apa
pengertian madrasah diniyah dan pesantren?
B. Apa
pengertian metode pembelajaran madrasah diniyah dan pondok pesantren?
C. Apa
saja macam-macam metode pembelajaran madrasah diniyah?
D. Apa
saja macam-macam metode pembelajaran pondok pesantren?
II.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Madrasah Diniyah dan Pesantren
Madrasah Diniyah
adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan pada jalur luar sekolah yang
diharapkan mampu secara menerus memberikan pendidikan agama Islam kepada anak
didik yang tidak terpenuhi pada jalur sekolah yang diberikan melalui sistem
klasikal serta menerapkan jenjang pendidikan yaitu: Madrasah Diniyah Awaliyah,
dalam menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat dasar selama selama 4
(empat) tahun dan jumlah jam belajar 18 jam pelajaran seminggu, Madrasah
Diniyah Wustho, dalam menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat menengah
pertama sebagai pengembangan pengetahuan yang diperoleh pada Madrasah Diniyah
Awaliyah, masa belajar selama selama 2 (dua) tahun dengan jumlah jam belajar 18
jam pelajaran seminggu dan Madrasah Diniyah Ulya, dalam menyelenggarakan
pendidikan agama Islam tingkat menengah atas dengan melanjutkan dan
mengembangkan pendidikan Madrasah Diniyah Wustho, masa belajar 2 (dua) tahun
dengan jumlah jam belajar 18 jam per minggu.[1]
Sedangkan pengertian
pesantren yaitu suatu lembaga pendidikan Islam yang melembaga di Indonesia,
di mana kyai dan santri hidup bersama dalam suatu asrama yang memiliki bilik-bilik
kamar sebagai ciri-ciri esensialnya dengan berdasarkan nilai-nilai agama Islam.
Pondok pesantren mempunyai 5 elemen dasar yaitu
pondok, masjid, pengajaran kitab-kitab klasik Islam, santri dan kyai.
Pesantren adalah lembaga pendidikan
keagamaan yang mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan
lainnya. Pendidikan di pesantren meliputi pendidikan Islam, dakwah,
pengembangan kemasyarakatan dan pendidikan lainnya yang sejenis. Para peserta didik
pada pesantren disebut santri yang umumnya menetap di pesantren. Tempat di mana
para santri menetap, di lingkungan pesantren, disebut dengan istilah pondok. Dari
sinilah timbul istilah pondok pesantren.[2]
B.
Pengertian
Metode Pembelajaran Madrasah Diniyah dan Pondok Pesantren
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau
jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut
masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.[3]
Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan
tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan metode pembelajaran menurut Sudjana (1989:
30) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah “ tujuan, bahan, metode
dan alat serta penilaian “Metode mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada
yang sisa-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau
dalam waktu yang relatif lama. Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat dikatakan
sebagai dampak langsung (Instructional effect) sedangkan hasil yang dirasakan
dalam waktu yang relatif lama disebut dampak pengiring (nurturant effect)
biasanya bekenaan dengan sikap dan nilai. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000,194).[4]
Metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh para
pendidik agar proses belajar-mengajar pada siswa tercapai sesuai dengan tujuan.
Metode pembelajaran ini sangat penting dilakukan agar proses belajar mengajar
tersebut nampak menyenangkan dan tidak membuat para siswa tersebut suntuk, dan
juga para siswa tersebut dapat menangkap ilmu dari tenaga pendidik tersebut
dengan mudah.[5]
Jadi yang dimaksud dengan metode pembelajaran
madrasah diniyah dan pesantren di sini adalah sebuah cara atau upaya yang
dilakukan oleh para pendidik/guru/kyai agar proses belajar mengajar pada
siswa/santri dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam madrasah diniyah dan pesantren.
C. Macam-macam Metode Pembelajaran Yang Diterapkan Dalam Madrasah
Diniyah
Ada banyak sekali metode-metode pembelajaran yang diterapkan dalam sebuah
madrasah diniyah, yaitu sebagai berikut :
a.
Metode Sorogan
Metode sorogan ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan
metode pendidikan Islam tradisional, sebab metode ini menuntut kesabaran,
kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari siswa.
Namun metode sorogan memang terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama
bagi seorang siswa yang bercita-cita menjadi seorang alim. Metode ini
memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai, dan membimbing secara maksimal
kemampuan seorang siswa dalam menguasai bahasa Arab. Karena dalam metode ini
siswa secara bergantian membaca satu persatu dihadapan
ustadz.[6]
Berikut ini adalah kelebihan dari metode sorogan, yaitu :
1.
Terjadi
hubungan yang harmonis dan erat antara ustadz dan santri.
2.
Memungkinkan
bagi seorang ustadz untuk membimbing secara maksimal.
3.
Ustadz
mengetahui secara pasti kualitas yang dicapai santrinya.
4.
Santri yang
IQ-nya tinggi akan cepat menyelesaikan materi pelajaran (kitab). Sedangkan
santri yang IQ-nya rendah ia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
menyelesaikannya.
Selain kelebihan, metode sorogan juga memiliki kelemahan, diantaranya
adalah :
1.
Tidak
efisien, karena hanya menghadapi beberapa orang santri saja, sehingga kalau
menghadapi santri banyak metode ini
kurang begitu cepat..
2.
Mebuat
santri cepat bosan karena metode ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan,
dan kedisiplinan pribadi.
3.
Santri
kadang menangkap kesan verbalisme semata terutama mereka yang tidak mengerti
terjemahan dari bahasa tertentu.
Sorogan adalah metode pendidikan yang tidak hanya dilakukan bersama ustadz,
melainkan juga antara siswa dengan siswa lainnya. Dengan metode sorogan ini,
siswa diajak untuk memahami kandungan kitab secara perlahan-lahan dan secara
detail dengan mengikuti pikiran atau konsep-konsep yang termuat dalam kitab
kata perkata.
Inilah yang memungkinkan siswa menguasai kandungan kitab baik menyangkut
konsep dasarnya maupun konsep-konsep detailnya. Sorogan yang dilakukan secara
pararel antara siswa juga sangat penting, karena siswa yang memberikan sorogan
memperoleh kesempatan untuk mengulang kembali pemahamannya dengan memberikan
penjelasan kepada siswa lainnya.
Dengan demikian, sorogan membantu siswa untuk memperdalam pemahaman yang
diperolehnya lewat bandongan.
b.
Metode Wetonan/Bandongan
Wetonan, istilah wetonan ini berasal dari kata wektu (bahasa Jawa) yang
berarti waktu, sebab pembelajaran tersebut diberikan pada waktuwaktu tertentu.
Metode wetonan ini merupakan metode kuliah, dimana para siswa mengikuti
pelajaran dengan duduk dihadapan ustadz yang menerangkan pelajaran secara kuliah,
siswa menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan padanya. Istilah wetonan
ini di Jawa Barat disebut dengan bandongan.
Metode ini memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelemahan dari metode ini
adalah :
a.
Metode ini
dianggap lamban dan tradisional, karena dalam menyampaikan materi sering
diulang-ulang.
b.
Guru lebih
kreatif daripada siswa karena proses belajarnya berlangsung satu jalur
(monolog).
c.
Dialog
antara guru dan murid tidak banyak terjadi sehingga murid cepat bosan.
d.
Metode
bandongan ini kurang efektif bagi murid yang pintar karena materi yang
disampaikan sering diulang-ulang sehingga terhalang kemajuannya.
Sedangkan kelebihan dari metode ini adalah :
a.
Lebih cepat
dan praktis untuk mengajar santri yang jumlahnya banyak.
b.
Lebih
efektif bagi murid yang telah mengikuti sistem sorogan secara intensif.
c.
Materi yang
diajarkan sering diulang-ulang sehingga memudahkan anak untuk memahaminya.
d.
Sangat
efisien dalam mengajarkan ketelitian memahami kalimat yang sulit dipelajari.
c.
Metode Musyawarah/Bahtsul Masa'il
Metode musyawarah atau dalam istilah lain bahtsul masa'il, merupakan metode
pembelajaran yang lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa
orang siswa dengan jumlah tertentu membentuk halaqah yang dipimpin langsung oleh
ustadz, atau mungkin juga siswa senior, untuk membahas atau mengkaji suatu
persoalan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaanya, para siswa
dengan bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau pendapatnya.
Kelebihan dari metode musyawarah ini adalah mengolah argumentasi para
santri dalam menyikapi masalah yang dihadapi.
Sedangkan kekurangan dari metode musyawarah ini adalah materi yang didiskusikan terbatas pada
kitab-kitab tertentu yang telah disepakati, bahkan tidak jarang materi tersebut
hanya berkisar pada mendiskusikan suatu kitab dari aspek bahasanya, bukan
isinya.
Dengan demikian, metode ini lebih menitik beratkan pada kemampuan
perseorangan di dalam menganalisis dan memecahkan suatu persoalan, dengan
argumen logika yang mengacu pada kitab-kitab tertentu. Musyawarah dilakukan
juga untuk membahas materi-materi tertentu dari sebuah kitab yang dianggap
rumit untuk memahaminya.
d.
Metode Ceramah
Metode ceramah, yaitu guru memberikan uraian atau penjelasan kepada
sejumlah murid pada waktu tertentu (waktunya terbatas) dan tempat tertentu
pula. Dilaksanakan dengan bahasa lisan untuk memberikan pengertian terhadap
suatu masalah, karena itu cara tersebut sering juga disebut dengan metode
kuliah, sebab ada persamaan guru mengjar dengan seorang dosen/maha guru
memberikan kuliah kepada mahasiswa-mahasiswanya.[7]
Dalam metode ceramah ini ada
beberapa kelebihan dan kekurangan. Diantara kelebihannya yaitu
a.
Guru dapat
menjelaskan kepada siswa secara detail, sehingga siswa benar-benar mengetahui.
b.
Menambah
wawasan siswa.
Sedangkn kekurangan dari
metode ceramah adalah
a.
Akan membuat
siswa cepat bosan, karena siswa hanya mendengarkan saja (pasif) sedangkan guru
menerangkan terus-menerus (aktif).
b.
Membuat
siswa mengantuk di kelas.
c.
Tidak
efisien waktu.
d.
Materi
kurang terserap dengan baik oleh siswa karena ngantuk dan bosan.
e.
Metode Hafalan (muhafazhah)
Metode hafalan ialah kegiatan belajar siswa dengan cara menghafalsuatu teks
tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan ustadz. Para siswa diberi tugas untuk
menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki
siswa ini kemudian dihafalkan dihadapan ustadz secara periodik atau insidental
tergantung kepada petunjuk ustadz yang bersangkutan.
Materi pembelajaran dengan metode hafalan umumnya berkenaan dengan
Al-Qur'an, nadham-nadham untuk nahwu, shorof, tajwid ataupun teks-teks nahwu
shorof dan fiqih.
Berikut ini akan dijelaskan
kekurangan dan kelebihan dari metode hafalan. Kelebihannya yaitu :
1.
Metode
hafalan sangat efektif untuk memelihara daya ingat (memorizine) santri terhadap
materi yang dipelajarinya, karena dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar
kelas.
Sedangkan kekurangannya yaitu :
1.
Membuat
pikiran tidak dnamis dan jauh dari sifat kritis.
2.
Cenderung
mematikan kreatifitas otak, karena watak dari hafalan adalah seseorang harus
menyamakan persis yang ada dalam pikirannya dengan ilmu yang disajikan.
3.
Secara tidak sadar akan selalu menghubungkan
informasi yang diterimanya dengan apa yang telah dihafalkannya, jika tidak,
akan ditolaknya.
f.
Metode Demonstrasi/Praktek Ibadah
Metode ini, adalah cara pembelajaran
yang dilakukan dengan memperagakan (mendemonstrasikan) suatu keterampilan dalam
hal pelaksanaan ibadah tertentu, yang dilakukan secara perorangan maupun
kelompok dibawah petunjuk dan bimbingan ustad.
Kelebihan dari metode ini adalah sebagai berikut :
a.
Melalui
metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa
disuruh langsung memerhatikan bahan pelajran yang dijelaskan.
b.
Proses
pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi uga
melihat peristiwa yang terjadi.
c.
Dengan cara
mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan
antara teori dan kenyataan.
Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah sebagai berikut :
a.
Metode
demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang
memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak
efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses
tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat
memakan waktu yang banyak.
b.
Demonstrasi
memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti
penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan
dengan ceamah.
c.
Demonstrasi
memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut
untuk bekerja lebih professional. Disamping itu demonstrasi juga memerlukan
kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran
siswa.
D. Macam-macam Metode Pembelajaran Yang Diterapkan Dalam
Pondok Pesantren
Dalam pondok pesantren juga terdapat metode-metode pembelajaran yang
digunakan dalam mendidik para santri. Metode-metode tersebut yaitu :
1. Metode Wetonan (Halaqoh)
Istilah
weton berasal dari bahasa jawa yang diartikan berkala atau berwaktu. Pengajian weton
tidak merupakan pengajian rutin harian, tetapi dilaksanakan pada saat-saat
tertentu.
Metode ini
di dalamnya terdapat seorang kyai yang membaca suatu kitab dalam waktu
tertentu, sedangkan santrinya membawa kitab yang sama lalu santri mendengar dan
menyimak bacaan kyai. Metode ini dapat dikatakan sebagai proses belajar mengaji
secara kolektif. Termasuk
dalam kelompok sistem bendongan atau weton ini adalah halaqah, yaitu model
pengajian yang umumnya dilakukan dengan cara mengitari gurunya. Para santri duduk
melingkar untuk mempelajari atau mendiskusikan suatu masalah tertentu di bawah
bimbingan seorang guru.
Metode ini memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelemahan dari metode ini
adalah :
e.
Metode ini
dianggap lamban dan tradisional, karena dalam menyampaikan materi sering
diulang-ulang.
f.
Guru lebih
kreatif daripada siswa karena proses belajarnya berlangsung satu jalur
(monolog).
g.
Dialog
antara guru dan murid tidak banyak terjadi sehingga murid cepat bosan.
h.
Metode
bandongan ini kurang efektif bagi murid yang pintar karena materi yang
disampaikan sering diulang-ulang sehingga terhalang kemajuannya.
Sedangkan kelebihan dari metode ini adalah :
e.
Lebih cepat
dan praktis untuk mengajar santri yang jumlahnya banyak.
f.
Lebih
efektif bagi murid yang telah mengikuti sistem sorogan secara intensif.
g.
Materi yang
diajarkan sering diulang-ulang sehingga memudahkan anak untuk memahaminya.
2. Metode Sorogan
Metode yang
santrinya cukup pandai mensorogkan (mengajukan) sebuah kitab kepada kyai untuk
dibaca di hadapannya, kesalahan dalam bacaannya itu langsung dibenarkan oleh
kyai. Metode ini dapat dikatakan sebagai proses belajar mengajar individual.
Model ini amat
bagus untuk mempercepat sekaligus mengevaluasi penguasaan santri terhadap
kandungan kitab yang dikaji. Akan tetapi metode ini membutuhkan kesabaran,
ketekunan, ketaatan dan kedisiplinan yang tinggi dari para santri. Model ini
biasanya hanya diberikan kepada santri pemula yang memang masih membutuhkan
bimbingan khusus secara intensif. Pada umumnya pesantren lebih banyak
menggunakan model weton karena lebih cepat dan praktis untuk mengajar banyak
santri.
Meskipun
setiap pesantren mempunyai ciri-ciri dan penekanan tersendiri, hal itu tidaklah
berarti bahwa lembaga-lembaga pesantren tersebut benar-benar berbeda satu sama
lain, sebab antara yang satu dengan yang lain masih saling kait mengkait.
Sistem yang digunakan pada suatu pesantren juga diterapkan di pesantren lain. Berikut ini adalah kelebihan dari metode sorogan, yaitu :
a.
Terjadi
hubungan yang harmonis dan erat antara ustadz dan santri.
b.
Memungkinkan
bagi seorang ustadz untuk membimbing secara maksimal.
c.
Ustadz
mengetahui secara pasti kualitas yang dicapai santrinya.
d.
Santri yang
IQ-nya tinggi akan cepat menyelesaikan materi pelajaran (kitab). Sedangkan
santri yang IQ-nya rendah ia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
menyelesaikannya.
Selain kelebihan, metode sorogan juga memiliki kelemahan, diantaranya
adalah :
a.
Tidak
efisien, karena hanya menghadapi beberapa orang santri saja, sehingga kalau
menghadapi santri banyak metode ini
kurang begitu cepat..
b.
Mebuat
santri cepat bosan karena metode ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan,
dan kedisiplinan pribadi.
c.
Santri
kadang menangkap kesan verbalisme semata terutama mereka yang tidak mengerti
terjemahan dari bahasa tertentu.
Disamping
metode-metode di atas masih ada metode pembelajaran lain dalam sebuah
pesantren, yaitu sebagai berikut :
1.
Musyawarah (Bahtsul
Masa’il)
Musyawaroh (Bahtsul
Masa’il) merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode
diskusi atau seminar. Beberapa orang santri orang santri dengan jumlah tertentu
membentuk halaqah yang dipimpin langsung oleh seorang Kyai atau ustadz,
atau mungkin juga santri senior, untuk membahas atau mengkaji suatu persoalan
yang telah ditentukan sebelumnya.
Kelebihan dari metode musyawarah ini adalah mengolah argumentasi para
santri dalam menyikapi masalah yang dihadapi.
Sedangkan kekurangan dari metode musyawarah ini adalah materi yang didiskusikan terbatas pada
kitab-kitab tertentu yang telah disepakati, bahkan tidak jarang materi tersebut
hanya berkisar pada mendiskusikan suatu kitab dari aspek bahasanya, bukan
isinya.
2.
Metode Pengajian Pasaran
Metode
pasaran adalah kegiatan belajar para santri melalui pengkajian materi (Kitab)
tertentu pada seorang ustadz yang dilakukan oleh sekelompok santri dalam
kegiatan yang terus menerus (maraton) selama tenggang waktu tertentu. Tetapi
umumnya pada bulan Ramadhan selama
setengah bulan, dua puluh hari, atau terkadang satu bulan penuh tergantung pada
besarnya kitab yang di kaji.
Kekurangan dari metode ini adalah sebagai berikut :
a.
Tidak pernah
terjadinya dialog antara murid (santri) dengan sang guru (kyai).
b.
Menguras
waktu dan tenaga sehingga tidak efisien
c.
Materi yang dikaji pada umumnya hanya berkisar pada
aspek bacaan saja (tanpa penjelasan), sehingga sulit bagi santri untuk memahami
isi kandungan kitab tersebut.
Sedangkan kelebihan dari metode ini adalah sebagai berikut :
a.
Untuk
meningkatkan pengetahuan para santri
b.
Dapat
menyelesaikan kitab-kitab dalam waktu yang relatif singkat.
c.
Bagi santri
tingkat dasar, metode ini merupakan kesempatan emas sekaligus sebagai lompatan
pengetahuan yang meski dimiliki.
d.
Santri bebas
memilih kitab-kitab apa yang dipelajari
e.
Melatih
kelincahan, kemahiran, serta ketelitian para santri dalam memberikan arti,
ruju’, dan marju’ dalam sebuah kitab.
3.
Metode Hafalan (Muhafadzah)
Metode
hafalan ini adalah kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks
tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan seorang ustadz/kyai.
Kelebihan dari metode hafalan ini adalah metode hafalan sangat efektif
untuk memelihara daya ingat (memorize) santri terhadap materi yang
dipelajarinya, karena dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas.
Sedangkan kelemahan dari metode
ini adalah sebagai berikut :
a.
membuat pikiran tidak dinamis dan jauh dari sifat kritis
b.
cenderung mematikan kreatifitas otak, karena watak dari hafalan adalah
seseorang harus menyamakan persis yang ada dalam pikirannya dengan ilmu yang
disajikan.
c.
Secara tidak sadar akan selalu
menghubungkan informasi yang diterimanya dengan apa yang telah dihafalkannya,
jika tidak, akan ditolaknya.
4.
Metode Demonstrasi/Praktek Ibadah
Metode
Demonstrasi/Praktek Ibadah adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan
memperagakan suatu keterampilan dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu yang
dilakukan secara perorangan maupun kelompok dibawah petunjuk dan bimbingan
ustadz.
Kelebihan dari metode ini adalah sebagai berikut :
d.
Melalui
metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa
disuruh langsung memerhatikan bahan pelajran yang dijelaskan.
e.
Proses
pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi uga
melihat peristiwa yang terjadi.
f.
Dengan cara
mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan
antara teori dan kenyataan.
Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah sebagai berikut :
d.
Metode
demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang
memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak
efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses
tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat
memakan waktu yang banyak.
e.
Demonstrasi
memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti
penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan
dengan ceamah.
f.
Demonstrasi
memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut
untuk bekerja lebih professional. Disamping itu demonstrasi juga memerlukan
kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran
siswa.
5.
Metode Rihlah Ilmiah
Metode
Rihlah Ilmiah (studi tour) ialah kegiatan pembelajaran yang
diselenggarakan melalui kegiatan kunjungan (perjalanan) menuju ke suatu tempat
tertentu dengan tujuan untuk mencari ilmu. Kegiatan kunjungan yang bersifat
keilmuan ini dilakukan oleh para santri
menuju suatu tempat untuk menyelidiki
dan mempelajari sesuatu hal dengan dibimbing oleh ustadz.
Kelebihan dari metode ini adalah para santri dapat menambah wawasannya
sehingga tidak tertinggal dengan siswa2 yang bersekolah. Dapat juga menambah
pengalaman para santri. Serta membuat santri semakin semangat dalam belajar.
Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah banyak santri yang mungkin akan
tidak fokus dengan tujuannya melakukan metode ini, malah mereka akan keasikan
jalan-jalan. Juga mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
6.
Metode Riyadhah
Metode
Riyadhah ialah salah satu metode pembelajaran di pesantren yang menekankan pada
olah batin untuk mencapai kesucian hati para santri dengan berbagai macam cara
berdasarkan petunjuk dan bimbingan Kyai.
Kelebihan dari metode ini adalah para santri dapat lebih mengenal dirinya
sendiri dan dapat mengakui seala kesalahan yang telah diperbuat, sehingga ia
dapat menjadi insane yag mulia. Dengan hati yang suci dan bersih maka para
santri dapat menerima pelajaran dengan mudah sehingga dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
III.
ANALISIS
Madrasah Diniyah adalah salah
satu lembaga pendidikan keagamaan pada jalur luar sekolah yang diharapkan mampu
secara menerus memberikan pendidikan agama Islam kepada anak didik yang tidak
terpenuhi pada jalur sekolah yang diberikan melalui sistem klasikal.
Sedangkan pengertian pesantren
yaitu suatu lembaga
pendidikan Islam yang melembaga di Indonesia, di mana kyai dan santri hidup
bersama dalam suatu asrama yang memiliki bilik-bilik kamar sebagai ciri-ciri
esensialnya dengan berdasarkan nilai-nilai agama Islam.
Madrasah diniyah dan pesantren
hampir sama dengan sekolah-sekolah umum lainnya, hanya saja di dalam madrasah
diniyah dan pesantren lebih banyak mengajarkan tentang materi-materi agama
dibandingkan dengan sekolah umum biasa yang lebih mengajarkan ilmu umum dan
sosialnya. Maka dari itu, dalam sistem pengajaran di sekolah atau madrasah
diniyah ataupun pesantren sangat dibutuhkan metode-metode pembelajaran, agar
dapat menyeimbangkan antara ilmu umum, ilmu sosial, maupun ilmu agamanya,
sehingga tidak berat sebelah. Sedangkan yang dimaksud dengan metode
pembelajaran madrasah diniyah dan pesantren di sini adalah sebuah
cara atau upaya yang dilakukan oleh para pendidik atau guru atau kyai agar
proses belajar-mengajar pada siswa atau santri dapat tercapai sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam madrasah diniyah dan pesantren.
Sedangkan macam-macam metode yang diajarkan di
madrasah diniyah dan pesantren hampir sama. Hanya terdapat perbedaan sedikit
saja. Metode pembelajaran di madrasah diniyah diantaranya adalah metode
sorogan, wetonan, musyawarah, ceramah, hafalan, dan demonstrasi. Sedangkan
metode pembelajaran di pesantren diantaranya adalah wetonan, sorogan,
musyawarah, pengajaran pasaran, riyadhah, dan rihlah ilmiah. Metode-metode
tersebut harus dijalankan secara seimbang sesuai dengan materi. Tidak asal
menggunakan metode, tapi harus disesuaikan dengan mata pelajaran yang
diajarkan, agar materi lebih mudah di tangkap dan di fahami oleh peserta didik
atapun santri. Setelah mereka faham dengan materi yang diajarkan, mereka dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan dapat bermanfaat bagi dirinya
sendiri maupun orang lain, sehingga materi yang mereka dapat tidak sia-sia.
IV.
SIMPULAN
Dalam pembahasan di atas dapat disimpukan bahwa metode
pembelajaran madrasah diniyah dan pesantren di sini adalah sebuah cara atau
upaya yang dilakukan oleh para pendidik atau guru atau kyai agar proses belajar
mengajar pada siswa atau santri dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam madrasah diniyah dan pesantren.
Metode
pembelajaran yang diajarkan di madrasah diniyah maupun di pesantren hampir sama
dan tidak jauh berbeda. Metode-metode tersebut
harus berjalan dengan seimbang agar pembelajaran dapat tersampaikan
dengan baik dan siswa atau santri dapat menerima materi dengan baik pula serta
mudah dalam memahami materi-materi yang diajarkan.
V.
PENUTUP
Demikian makalah ini yang dapat penulis buat. Penulis menyadari dalam
pembuatan makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah penulis selanjutnya. Terimakasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen Agama. 1998. Sejarah Perkembangan Madarsah. Jakarta :
Direktorat
Jendra
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
Departemen
Agama RI. 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta
:
Direktorat Jenderal Kelembagaan
Agama Islam.
Dhofier, Zamakhsari. 2001. Tradisi Pesantren. Jakarta : LKIS.
Daradjat, Zakiah. 2004. Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Bumi
Aksara.
http://dedikurniawanstmikpringsewu.wordpress.com/2013/07/24/pengertian-dan-definisi-metode-penelitian-dan-metode-penelitian/diunduh hari
jumat,tanggal 14 november 2014, pukul 05.00 WIB.
http://sumbercopas.blogspot.com/2012/12/pengertian-metode-pembelajarandan.html/diunduh hari jumat,
tanggal 14 november 2014, pukul 05.00 WIB.
http://seputarpendidikan003.blogspot.com/2013/06/pengertian-metode-pembelajaran.html/diunduh hari jumat,
tanggal 14 november 2014, pukul 05.00 WIB.
[1]Departemen
Agama, Sejarah Perkembangan Madarsah,
Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1998, hlm. 30
[2]Departemen Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah (Jakarta :Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, 2003), hlm. 1
[3]http://dedikurniawanstmikpringsewu.wordpress.com/2013/07/24/pengertian-dan-definisi-metode-penelitian-dan-metode-penelitian/diunduh,hari
jumat,tanggal14november2014,pukul05.00wib.
[4]http://sumbercopas.blogspot.com/2012/12/pengertian-metode-pembelajaran-dan.html/diundul,hari
jumat,tanggal14november2014,pukul05.00wib.
[5]http://seputarpendidikan003.blogspot.com/2013/06/pengertian-metode-pembelajaran.html/
diunduh,harijumat,tanggal14november2014,pukul05.00wib.
[6]Zamakhsari
Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LKIS, 2001), hal. 28-29
[7]Dr. Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran
Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 289.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar